
Originally published in Viva.co.id on December 22nd, 2009
SURABAYA POST – Desain bangunan ramah mangrove, kini menjadi kebutuhan. Melalui sentuhan tangan mahasiswa Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Kristen (UK) Petra, Surabaya, lahan telantar bias disulap menjadi ruang yang mampu memberi “celah” tersendiri bagi masyarakat.
Konsep desain yang ditawarkan 4 mahasiswa semester tujuh itu bisa mewujudkan ruang terbuka di tengah himpitan suasana kota yang semakin padat dan sesak. Lahan yang semula telantar dijadikan ruang yang bermanfaat bagi masyarakat.

Dengan menggandeng Komunitas Mangrove, Yohannes Iswara Limanjaya dan timnya mendesain bangunan unik yang dibangun bertahap. Yang dimaksud di sini, kebutuhan bangunan disesuaikan dengan laju pertumbuhan mangrove. “Lantai bangunannya menggunakan sistem fleksibel dalam menghadapi pasang surut air laut,” ujar Yohanes, Selasa 22 Desember 2009.
Yohanes bersama rekannya-rekannya, Hendra Sucipto, Erik Limanhadi, dan Giovani Siedarta, juga menggunakan elemen dinding yang dapat dibuka tutup (portable café). Elemen tersebut memungkinkan adanya ruang yang dapat disesuaikan dan tergantung waktu dan penggunaannya. “Sangat fleksibel dan mudah digunakan,” katanya.

Bangunan itu diharapkan bisa dijadikan wadah menampung aktivitas komunitas mangrove. Ada tiga tema yang diangkat untuk menciptakan ruang terbuka yang bisa disesuaikan kondisi alam dan kebutuhan penggunaannya. “Tiga tema utama kita, to cover & to shade, adapting & growing, serta ecological,” kata Yohanes.

Karya itu keluar sebagai juara 2 kategori Sustainable Urban Development dalam lomba Pengadaan Ruang Publik di Lahan Telantar di Perkotaan yang diadakan Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI). Lomba ini juga merupakan kerja sama dengan Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum.